Day: Oktober 14, 2015
3 Hal yang Mengubah dari Guru Sekolah Menjadi Guru Bangsa
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPSDMPK-PMP yang diolah LSM Sapulidi, untuk Maret 2015 jumlah keseluruhan tenaga pendidik pada sekolah formal dan non formal mencapai 3.429.699 orang, sedangkan berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebesar 237.641.326 juta jiwa, menjadikan negara ini menjadi negara dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia, jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga diproyeksikan pada tahun 2015 penduduk Indonesia berjumlah 255 juta jiwa hingga mencapai 305 juta jiwa pada tahun 2035.
Sejarah kemajuan bangsa Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan peran besar seorang guru, mungkin sebagian diantara kita baru meng tahui bahwa tokoh Indonesia yang bernama HOS Cokroaminoto, Jendral Sudirman, Ir Soekarno, KH.Ahmad Dahlan, KH Hasyim Ashari, Gus Dur dan tokoh-tokoh besar lainnya yang sebagian dari mereka adalah seorang guru, dengan ilmu yang telah mereka ajarakan telah memberikan sumbangsih besar untuk kemajuan negeri yang kita cintai ini.
Dengan semangat pengabdian yang mereka miliki telah menjadikannya sumber inspirasi bagi generasi selanjutnya dan kitapun bisa menjadi guru seperti mereka, ada beberapa pelajaran penting bagaimana mereka menjalani kesehariannya sebagai seorang guru, dan dengan ketiga hal ini menjadikan mereka bukan saja guru sekolah tetapi menjadi guru bangsa, berikut ini ketiga pelajaran penting yang dapat kita contoh dari para guru bangsa yang menginpirasi dunia
Pertama mereka tak pernah mengeluhkan berapapun bayaran yang mereka terima dari mengajarnya tapi yang mereka lakukan adalah terus berusaha.
Seperti apa yang pernah dilakukan oleh presiden ke-4 Indonesia yang bernama Gus dur ketika menjalani profesi sebagai guru penghasilan yang ia terima tak sebanding dengan pengeluaran, untuk mengatasi masalah tersebut ia dan istrinya sempat nyambi berdagang, istrinya memilih dagang kecil-kecilan, yakni menjual kacang tayamum, sementara sang istri menggoreng kacang, Gus dur membantu membungkusnya kacang ke dalam plastik dan mengelemnya dengan lilin. Hampir setiap malam mereka melakukan aktivitas tersebut.
Kedua sebagai seorang guru mereka memilki cita-cita besar
Gus dur pernah bercita-cita menjadi seorang tentara namun gagal akhirnya ia pindah cita-cita dan memutuskan menjadi seorang guru.” Saya ingin menjadi menjadi guru bangsa, seperti Ki Hajar, Ki Mangunsarkoro,kakek saya kia Hasyim dan sebagainya”, sedangkan KH Ahmad Dahlan sebagai seorang guru ia memilki cita-cita untuk memgembangkan ajaran islam yang lebih modern tanpa menyalahi aturannya, sedangkan Ir Soekarno ketika menjadi seorang guru ia ingin seumur hidupnya terus menginspirasi.
Ketiga sebagai seorang guru mereka tak pernah berhenti belajar
Sebagai seorang presiden yang sebelumnya juga pernah menjadi seorang guru Ir soekarno pandai menulis dan terampil dalam berorasi, mungkin banyak orang yang mengira bahwa ia bahwa ia menyelesaikan studynya di banyak tempat, Ir Soekarno ternyata lebih banyak memperoleh ilmunya dari pembelajaran yang ia cari sendiri, baik berguru pada tokoh-tokoh yang berpengaruh pada masa itu maupun melalui buku-buku, setidaknya ia memilki 26 gelar akademis disepanjang hidupnya, tetapi gelar-gelar yang ia terima itu berupa doktor honoris causa, Gelar dari pendidikan formalnya hanyalah insinyur, yang diperoleh dari Technische Hoge School. Contoh lainnya yaitu Gus dur sejak kecil ia gemar membaca buku, majalah koran dan lain-lain. Temannya di pesantren Tambak Beras bahkan menjulukinya sebagai seorang kutu buku, sewaktu pertama kali Gus dur tiba di pesantren, buaknnya pakaian atau keperluan sehari-hari yang Gus dur bawa, melainkan buku-buku.
Ketiga hal itulah yang mengubah mereka dari guru sekolah menjadi guru bangsa, sehingga mereka layak menjadi teladan bagi guru-guru yang memilki jiwa pengabdian untuk bangsa ini dan akhirnya negeri inipun layak mengenang jasa-jasa yang telah mereka lakukan.